5 Teladan Musibah Hidrologi Yang Perlu Diketahui

Air merupakan salah satu komponen alam yang sangat penting dan dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Tanpa adanya air makhluk hidup tidak akan bisa bertahan hidup. Sehingga adanya air di planet bumi ini menjadi komponen terpenting dan juga sebagai salah satu alasannya mengapa planet bumi layak untuk dihuni(Baca: Keunggulan Planet Bumi Dibanding Planet Lain). Jumlah air yang berada di planet bumi diperkirakan ada sekitar 70% dan jumlah tersebut tidak hanya berada di maritim atau samudra saja tetapi juga berasal dari banyak sekali sumber perairan lain menyerupai sungai, danau atau rawa – rawa. Air yang ada di planet bumi juga bisa dalam bentuk atau wujud lain ialah es atau salju, uap air, hujan, embun dan lain sebagainya. Semua bentuk air tersebut menjadi belahan dari suatu proses yang dinamakan dengan siklus hidrologi.


Hidrologi sendiri merupakan salah satu cabang dari ilmu geografi yang mempelajari atau memiliki korelasi dengan air di bumi. Semua pergerakan, perubahan bentuk, kualitas, siklus hidrologi hingga petaka yang berkaitan dengan air masuk ke dalam hidrologi. Berbicara mengenai petaka niscaya bukan sesuai yang ajaib di pendengaran kita. Akhir – simpulan ini banyak petaka terjadi di beberapa kawasan di Indonesia dan sudah tentu menjadikan banyak kerugian baik secara materi hingga menelan banyak korban jiwa. Saat ekspresi dominan hujan tiba, bagi sebagian besar orang akan menganggap ini sebagai anugerah, namun jikalau hujan tidak kunjung berhenti bisa mengakibatkan duduk kasus salah satunya ialah banjir. Dapat dikatakan jikalau banjir merupakan salah satu pola dari petaka hidrologi. Lalu apa sajakah pola dari petaka hidrologi, berikut diantaranya:



  1. Banjir


Saat ekspresi dominan hujan tiba, bagi beberapa orang yang tinggal di bersahabat dengan fatwa sungai sudah tentu akan selalu waspada dan siaga jikalau air sungai mengalami peningkatan debit air. Jika intensitas hujan terus meningkat ada kemungkinan banjir akan terjadi. Di Indonesia, banjir banyak disebabkan oleh hujan yang berlangsung dalam jangka waktu lama, bisa berjam – jam bahkan berhari – hari. Sehingga air yang ditampung (tidak hanya di sungai saja namun juga tempat penampungan air lain menyerupai danau atau rawa – rawa) menjadi bertambah hingga tidak bisa lagi untuk ditampung. Akibatnya air tersebut keluar bahkan menyebar hingga ke beberapa kawasan yang berada bersahabat dengan sumber penampungan. Jika sudah begitu banjir tidak sanggup dihindari oleh warga yang tinggal di sekitar sumber penampungan air, terutama bagi yang tinggal bersahabat dengan fatwa sungai.


Salah satunya ialah banjir bandang. Banjir bandang disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi di dataran berpermukaan rendah. Sehingga air yang berada di kawasan tersebut sudah mencapai titik jenuh hingga tidak sanggup diserap lagi oleh air. Akibatnya air dalam tanah keluar dan tiba secara tiba – tiba dan dalam waktu singkat, namun kerugian yang dihasilkan sangatlah besar.



  1. Tanah Longsor


Salah satu bentuk petaka hidrologi ialah tanah longsor. Meskipun begitu tanah longsor sanggup disebabkan oleh faktor lain, namun paling sering disebabkan oleh curah hujan yang tinggi(Baca: Faktor Yang Mempengaruhi Curah Hujan). Tanah longsor biasa terjadi di kawasan dataran tinggi terutama lereng bukit atau gunung dan ketika bersamaan hujan deras sedang terjadi. Jika hujan terus berlangsung secara terus menerus, tanah di sekitar lereng akan menjadi lunak dan tergerus oleh limpasan fatwa air hujan. Akibatnya tanah tidak bisa lagi bertahan dari air hujan ditambah adanya gaya gravitasi tanah menjadi turun atau longsor.



  1. Tsunami


Salah satu petaka yang patut diwaspadai bagi negara yang berada di sekitar pertemuan lempeng bumi ialah tsunami. Tsunami terjadi tanggapan adanya pergerakan lempeng bumi yang berada di dasar maritim (Baca: Penyebab Terjadinya Pergeseran Lempeng Tektonik). Akibat pergerakan lempeng tersebut terjadilah gempa bumi hingga air maritim yang berada di atasnya ikut bergerak hingga gerakan air tersebut mencapai daratan. Peristiwa tersebut pernah terjadi di Aceh pada tanggal 24 Desember 2004 dan menewaskan ribuan korban jiwa. Tidak hanya gempa bumi saja, ternyata tsunami juga disebabkan oleh adanya letusan gunung berapi menyerupai yang terjadi di Selat Sunda pada tanggal 22 Desember 2018 (Baca: Tsunami Selat Sunda). Saat itu Gunung Anak Krakatau sedang erupsi dan beberapa belahan gunung longsor masuk ke maritim kesudahannya muncullah gelombang hingga berkembang menjadi tsunami ketika mendekati daratan.



  1. Genangan Air


Berbeda dengan banjir, genangan air diakibatkan oleh adanya penyumbatan atau duduk kasus pada kanal drainase. Sehingga ketika ekspresi dominan hujan tiba atau curah hujan tinggi, air hujan tidak sanggup dialirkan dengan baik melalui kanal – kanal yang telah ada. Akibatnya air menjadi tergenang di beberapa tempat menyerupai jalanan bahkan bisa hingga ke perumahan warga. Perbedaan lain dengan banjir ialah genangan air akan lebih cepat surut atau kurang dari 1 x 24 jam, jikalau lebih dari itu sanggup menjadi tanda bahwa banjir akan terjadi. Selain itu, tinggi genangan air tidak lebih dari 40 cm, namun sudah cukup untuk menghambat segala macam acara tertama bagi warga yang tinggal di kawasan perkotaan.



  1. Letusan Limnik


Beberapa dari kita mungkin masih ajaib dengan bancana alam hidrologi ini. Letusan limnik terjadi tanggapan meletusnya gas karbondioksida secara mendadak dari dasar danau hingga akhirnya membentuk awan gas yang sanggup membahayakan makhluk hidup di sekitar danau. Gas karbondioksida tersebut berasal dari acara vulkanik ataupun dekomposisi materi organik yang ada di dasar danau. Semakin dalam danau maka semakin tinggi tekanan di dasar danau dan semakin banyak pula karbondioksida yang larut di air. Jika air danau sudah jenuh oleh gas karbondioksida, ditambah adanya gempa bumi, acara vulkanik atau ledakan menciptakan air yang jenuh tersebut bergerak naik ke atas. Di atas tekanan sangat rendah dan tidak sanggup menahan gas karbondioksida sehingga muncullah gelembung – gelembung di permukaan danau secara bersamaan gas karbondioksida ikut meledak. Ledakan limnik pernah terjadi di Danau Monoun, Kamerun pada 15 Agustus 1984 dan setidaknya terdapat 37 orang meninggal. Di tempat lain ialah Danau Nyos, Kamerun pada tanggal 21 Agustus 1986 terjadi ledakan limnik hingga menghasilkan tsunami setinggi 25 meter. Air danau berkembang menjadi merah dan gas karbondioksida telah menyebar ke beberapa desa di sekitar danau. Akibatnya sekitar 3.500 binatang ternak mati dan 1.700 orang tewas tanggapan kejadian tersebut.


Itulah tadi beberapa petaka hidrologi yang sanggup kalian ketahui. Semoga isu di atas sanggup bermanfaat.


Artikel Terkait

Previous
Next Post »