Ekosistem Mangrove: Struktur Dan Zonasi Mangrove

Hutan mangrove terdiri atas pohon dan permudaanya (pancang dan semai), semak belukar, palem-paleman, tumbuhan bawah, maupun epifit, yang memiliki kemampuan hidup dalam air salin. Sukardjo (1996) menyatakan bahwa hampir semua jenis mangrove merupakan tumbuhan Dicotyledonae, kecuali tumbuhan bawah menyerupai Acrostichium aerum dan A. speciosum, serta palem-paleman menyerupai Nypa fruticans.

Zonasi mangrove merupakan jawaban terhadap perubahan dan lamanya penggenangan, salinitas tanah, tersedianya sinar matahari, anutan pasang surut dan air tawar. Hal ini berarti bahwa zonasi di hutan mangrove tergantung kepada keadaan tumbuhnya. Zonasi juga menggambarkan tahapan suksesi yang terjadi sejalan dengan perubahan daerah tumbuh. Tempat tumbuh hutan mangrove selalu berubah sebagai akhir laju pengendapan atau pengikisan. Daya pembiasaan dari tiap jenis tumbuhan mangrove terhadap keadaan daerah tumbuh akan memilih komposisi jenis tiap spesies (Istomo 1992).

Zona vegetasi mangrove ditentukan oleh beberapa faktor penting menyerupai kondisi jenis tanah (lumpur, pasir, gambut), keterbukaan terhadap hempasan gelombang, salinitas, dan imbas pasang surut. Menurut Bengen (2002), zonasi hutan mangrove terdiri atas:
  1. Daerah yang paling bersahabat dengan laut, dengan substrat berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini, biasa berasosiasi Sonneratia spp. yang lebih banyak didominasi tumbuh pada lumpur dalam yang kaya materi organik.
  2. Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp.  Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.
  3. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.
  4. Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah  biasanya ditumbuhi oleh N. fruticans dan beberapa spesies lainnya.

Adapun zona vegetasi mangrove yang berkaitan dengan pasang surut terdiri atas:
  1. Areal yang selalu digenangi walaupun dikala pasang rendah umumnya didominasi oleh Avicennia spp. atau Sonneratia spp.
  2. Areal yang digenangi oleh pasang sedang didominasi oleh jenis-jenis Rhizophora spp.
  3. Areal yang digenangi hanya dikala pasang tinggi, yang mana areal ini lebih ke daratan. Umumnya zona ini didominasi oleh jenis Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.
  4. Areal yang digenangi hanya pada dikala pasang tertinggi (hanya beberapa hari dalam sebulan) umumnya didominasi oleh Bruguiera sexangula dan Lumnitzera littorea.


Hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis namun labil. Hutan mangrove dikatakan kompleks sebab di dalam hutan dan perairan sekitarnya merupakan habitat banyak sekali jenis satwa darat dan air. Hutan mangrove dikatakan dinamis sebab hutan mangrove sanggup terus berkembang serta mengalami suksesi dan perubahan zonasi sesuai dengan perubahan daerah tumbuhnya. Adapun hutan mangrove dikatakan labil sebab ekosistemnya sanggup rusak dan sulit untuk pulih kembali. Proses pemulihan kembali ekosistem mangrove membutuhkan waktu yang sangat lama. Rotasi dan siklus kerja hutan mangrove berlangsung sekitar 30 tahun untuk sanggup dimanfaatkan kembali (Haron 1981 dalam Aksornkoae 1993). 

Hutan mangrove yang berada di Sungai Selamet, Pulau Sebuku, Kalimantan Selatan
(Dokumentasi Penelitian RRG)

Artikel Terkait

Previous
Next Post »