Transisi Demografi: Klarifikasi Sampai Hal Yang Terjadi Di Indonesia

Setiap tahunnya pemerintah di setiap negara akan melaksanakan pendataan guna mengetahui jumlah populasi penduduk di setiap wilayah negara. Ada banyak sekali macam cara untuk melaksanakan pandataan, salah satunya yaitu dengan melaksanakan sensus penduduk yang biasa dilakukan 3 atau 5 tahun sekali. Hasil dari pendataan tersebut akan diketahui mengenai jumlah kelamin, pekerjaan, usia dan lain sebagainya sehingga pemerintah sanggup melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan data yang sudah ada.


Beberapa kebijakan yang sanggup dibentuk oleh pemerintah menyangkut segala macam aspek ibarat ekonomi, politik, sosial, kesehatan, pekerjaan dan lain – lain. Kebijakan yang dibentuk oleh suatu negara tentu akan berbeda dengan kebijakan yang diterapkan di negara lainnya. Dilihat dari jumlah penduduknya, negara berkembang tentu mempunyai jumlah penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan negara maju (Baca: Ciri – Ciri Negara Berkembang). Kebijakan yang berlaku di negara maju belum tentu sesuai bila diterapkan di negara berkembang.


Jumlah penduduk yang meningkat setiap tahunnya menunjukkan permasalahan tersendiri bagi negara berkembang. Hal ini berkaitan dengan jumlah kelahiran yang tidak sebanding dengan jumlah final hidup penduduk. Namun, membutuhkan waktu yang cukup usang bagi negara berkembang untuk mencapai kondisi stabil yaitu jumlah kelahiran lebih rendah dari pada jumlah final hidup dan hal tersebut sudah menjadi dasar dari transisi demografi. Lalu apa itu transisi demografi?


Pengertian Transisi Demografi


Kita mungkin sering mendengar kata transisi yang mempunyai arti yaitu perpindahan. Sedangkan untuk transisi demografi yaitu perpindahan dari tingkat kelahiran dan final hidup tinggi menjadi ke tingat yang lebih rendah. Hal in disebabkan lantaran perekonomian suatu wilayah atau negara telah beralih dari ekonomi praindustrial menjadi ekonomi terindustrialisasi. Teori transisi demografi sendiri telah diusulkan pertama kali oleh spesialis geografi yang berasal dari Amerika Serikat yaitu Warran Thompson pada tahun 1929. Thompson mengamati bila terjadi perubahan di tingkat kelahiran dan final hidup dalam masyarakat industri selama 200 tahun.


Mengenai teori transisi demografi sudah menjadi sebuah teori yang menerima pertolongan dari banyak andal ilmu sosial lantaran terdapat relasi antara sejarah atau historis yang cukup berpengaruh antara penurunan tingkat kesuburan dengan kemajuan sosial ekonomi. Namun hingga kini, para andal masih memperdebatkan apakah industrialisasi dan tingkat pendapatan yang tinggi sanggup menimbulkan penurunan jumlah penduduk ataukah jumlah penduduk yang mengalami penurunan menandakan perubahan ke arah industrialisasi dan pendapatan yang tinggi. Tidak hanya itu saja, para andal juga mencari beberapa faktor – faktor lain yang berkaitan dengan transisi demografi ibarat jumlah pendapatan per kapita tertinggi, tingkat pendapatan perempuan tertinggi, tingkat final hidup terendah, jaminan hari renta dan juga bertambahnya ajakan sumber daya manusia.


Seperti yang telah dijelaskan di atas bila transisi demografi menjelaskan terjadi perubahan populasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut terjadi akhir adanya perkembangan pembangunan di bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, sosial sehingga terjadi perubahan di tingkat kelahiran, final hidup hingga keinginan hidup. Tidak menutup kemungkinan bagi negara – negara maju akan mengalami jumlah kelahiran dan final hidup rendah, hal ini menerangkan bahwa populasi telah stabil.


Konsep Transisi Demografi


Transisi demografi sudah terlihat di beberapa negara – negara maju. Konsep transisi demografi sendiri menjelaskan bagimana negara maju tersebut telah melewati tahapan transisi demografi. Setidaknya terdapat tiga tahap perkembangan transisi demografi, antara lain:


Tahap 1: Kelahiran tinggi dan final hidup tinggi.


Tahap 2: Tingkat kelahiran masih tinggi, namun tingkat final hidup cendrung rendah.


Tahap 3: Kelahiran mengalami penurunan dan final hidup juga menurun sehingga menjadi stabil.


Menurut Blacker, transisi demografi terbagi menjadi 5 tahapan, yaitu:



  1. Tahapan 1


Pada tahap ini masyarakat  berada pada kondisi pra industri di mana tingkat kelahiran dan final hidup cukup tinggi. Ada banyak sekali macam faktor yang mengakibatkan peningkatan kelahiran ibarat belum tersedianya jadwal Keluarga Berencana dan alat kontrasepsi. Sedangkan meningkatnya final hidup akhir kondisi kurangnya ketersediaan pangan akhir gagal panen, pendapatan yang rendah hingga wabah penyakit yang tidak terkontrol. Tidak heran pada tahap ini tugas anak sangat penting untuk menunjang perekonomian keluarga lantaran pendidikan tidaklah penting.



  1. Tahapan 2


Tingkat moralitas atau final hidup turun secara perlahan, namun populasi tetap meningkat. Penurunan final hidup dialami di negara – negara berkembang ibarat di Laos, Yaman, Palestina, dan Afganistan. Ada 2 faktor yang mengakibatkan penurunan tingkat final hidup yaitu, adanya perbaikan penyediaan masakan dari hasil pertanian serta perbaikan di bidang kesehatan masyarakat untuk mengurangi kematian.



  1. Tahapan 3


Tingkat final hidup mengalami penurunan dengan cepat dan juga diikuti oleh penurunan di tingkat kelahiran akan tetapi tidak secepat tingkat kematian. Penurunan kelahiran sendiri disebabkan oleh beberapa faktor yaitu adanya penggunaan alat kontrasepsi dan jadwal Keluarga Berencana yang mulai diterapkan oleh masyarakat, perubahan menuju industrisasi dari pertanian menjadi masyarakat industri, adanya urbanisasi, perubahan sudut pandang perempuan boleh bekerja.



  1. Tahapan 4


Kondisi kelahiran dan final hidup berada pada posisi rendah atau nol, sehingga jumlah penduduk sanggup dikatakan dalam keadaan stabil. Beberapa teori menyampaikan bila pada tahapan 4 penduduk di suatu negara akan tetap berada pada tingkat ini. Contoh negara yang berada pada tahap ini yaitu Amerika Serikat, Argentina, Kanada, Selandia Baru, Australia dan keseluruhan Benua Eropa.



  1. Tahapan 5


Model transisi demografi sendiri pada kenyataannya hanya hingga tahapan 4, hingga akibatnya disetujui menjadi 5 tahapan namun tetap berdasarkan teori transisi demografi berdasarkan Blacker. Pada tahapan 5 tingkat final hidup lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kelahiran yang berada dalam kondisi stabil. Hal ini disebabkan dari gaya hidup masyarakat yang tidak sehat ibarat banyak mengkonsumsi masakan instan, minum minuman alkohol dan lain sebagainya. Kejadian ini pernah terjadi di Negara Prancis sebelum Perang Dunia II dan juga Negara Jerman pada tahun 1970 an.


Transisi Demografi Di Indonesia


Transisi demografi yang terjadi di Indonesia sudah berdasarkan tahapan teori transisi demografi. Hanya saja ada tahap tertentu yang mengalami perbedaan dalam proses pertumbuhan penduduk, sehingga sanggup dikatakan bila Indonesia termasuk negara yang mengalami proses transisi demografi yang berbeda. Perbedaan tersebut dilihat dari proses penurunan angka kelahiran sebelum akibatnya memasuki negara industrialisasi. Ada beberapa faktor yang menghalangi Indonesia untuk sanggup menuntaskan transisi demografinya antara lain:



  1. Pembangunan tidak merata. Masih ada beberapa kawasan tertinggal dan jauh dari kemajuan teknologi ibarat yang ada di kota – kota besar.

  2. Pendidikan di Indonesia yang masih perlu ditingkatkan.

  3. Indonesia yaitu negara agraris. Masih cukup sulit Indonesia bermetamorfosis negara industri lantaran beberapa kawasan masih ditemukan masyarakat bermata pencaharian sebagai petani.


Artikel Terkait

Previous
Next Post »